Monday, August 30, 2004

Naek gunung....

Coba ke Saecshische Schweiz
Tenang! Ada bahasa Inggrisnya kok, lihat aja di menu paling atas....

Wochenende kemaren gue pergi ke sono ama rombongan DAAD scholarship holders.
Acaranya...: Naek gunung! Gile capek banget.... btw, cocok juga nih buat ngurusin badan buat 98-ers yang butuh... :p

Btw lagi, tadi baru baca di Alvi's kalau L.B. Moerdani mati. Quote: "semua yang bernyawa pasti akan kembali kepada sang Pencipta". Jadi inget tadi istri gue e-mail kalau pamannya meninggal dunia setelah kecelakaan. Reminding me again to be prepared for Al-Mauut!

1 comment:

  1. Yup, setuju banget kalo kita tuh kudu bener2 bersiap untuk hari kematian kita. ajal tuh emang takdir, jadi kapan dan dimana pun kita, ia akan tetap datang sesuai waktu yang sudah ditentukan oleh-Nya. ga ada korupsi waktu untuk itu, barang sedetik-pun. kalo emang belum waktunya, kita mo berusaha mati kayak apapun, ya tetep aja gak akan bisa.

    Gue jadi pengen cerita nih: Pakde-nya Amy -roommate gue skrg- tuh diprediksi bakal meninggal hari kamis 2 minggu yang lalu (12/08/2004). krn prediksi itu, pada hari tersebut hampir seluruh anggota keluarga dan juga saudara2 dah pada ngumpul di salah satu ruang RS Mintoharjo - Benhil (tempat beliau dirawat). mereka semua datang untuk berdoa dan -of course- banyak juga yang nangis. Eh, sampai hari ini nyatanya beliau masih hidup tuh. beliau skrg pindah perawatan di RS Dharmais dan tim dokter menyatakan kesehatannya dah lebih baik dari sebelumnya. Subhanallah... (harusnya tim dokter di mintoharjo itu dikasih selamat aja ya: "Selamat, anda belum beruntung krn ternyata prediksi anda salah!" :P)

    Malah, Paman gue yang oleh tim dokter dinyatakan keadaannya dah membaik -setelah kecelakaan itu-,malam harinya meninggal :( yah, ajal emang gak bisa ditebak.

    Meski begitu, ajal yang menjemput tuh sebetulnya bagian dari hidup yang mau gak mau akan terjadi sama semua manusia. So, kita bisa saja menganggap hal itu sebagai sebuah kewajaran. Kewajaran yang bukan untuk disepelekan, tapi justru karena kewajaran itulah kita harus berwaspada dan berusaha untuk mempersiapkan bekal terbaik yang akan kita jadikan modal di "masa depan" nanti. Caranya adalah dengan sesering mungkin berintrospeksi diri, agar kita sadar bahwa kita ini sebenernya cuman sebutir debu di tengah padang pasir yang luas. jadi buat apa kita sombong, toh pada akhirnya masuk liang lahat juga kan? dan satu lagi: kita mungkin harus berusaha pula untuk mengajak sesama kita menjadi beriman, bukan hanya kita saja yang beriman (kata guru ngaji gue, kita harus berusaha untuk tidak egois :)) Kalo mo masuk surga ya jangan sendirian, ajak juga dong yang lain! (amiin2, moga kita semua termasuk dalam barisan orang-orang yang beriman ya).

    Finally, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tapi sebuah kewajaran yang harus -mau gak mau- kita hadapi dan jalani. Wallahu a'lam..

    ReplyDelete